Ketika Karyawan Demotivasi

Admin
By Admin
3 Min Read

Suatu sore sambil menonton tv, kakak ku bertanya “Gimana kabar si Erwin, denger-denger dia udah gak ada motivasi lagi di kerjaannya.” Aku pun jadi terpikir tentang Erwin.

Terakhir kali bertemu dengan Erwin saat Aku berpasan dengan dirinya di depan gerbang kantor. Kami hanya saling menatap dan berhai-halo sambil melanjutkan langkah kami. Tidak terlihat dari dirinya kalau ia sedang mengalami demotivasi.

“Sekarang dia udah gak peduli lagi sama kerjaannya. Target penjualan yang diberikan bosnya tidak ia anggap serius. Dia kecewa. Buat apa capai target capek-capek toh gak dapat apa-apa dari perusahaan. Menurutnya target penjualan yang diberikan perusahaan tidak masuk akal. Jangankan mencapai target, menjaga pelanggan yang ada supaya tidak hilang saja sudah bagus kalau bisa dilakukan. “Tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari perusahaan ini”.

Cerita tentang Erwin itu adalah cerita yang sering kita dengar. Cerita tentang karyawan yang diawal bekerja memiliki motivasi tinggi namun kemudian dia kecewa dengan perusahaan (dengan berbagai macam sebab) yang membuat dirinya menjadi demotivasi.

Apa yang harus dilakukan oleh karyawan (mereka yang bekerja di perusahaan milik orang lain) agar bisa siap dan dapat mengatasi kalau-kalau perusahaan mereka mengecewakan mereka sehingga mereka tidak kecewa dan demotivasi.

Ada tiga hal yang bisa dilakukan :

1. Pahami bahwa kita adalah orang -orang yang bekerja untuk diri kita sendiri. Ini bukan berarti kita harus menjadi orang yang egois. Tidak sama sekali. Artinya adalah jika kita bekerja dengan baik maka yang diuntungkan adalah kita sendiri. Arti keuntungan disini jangankan hanya dibatasi pada uang atau materi tetapi bisa pengalaman, keahlian, teman, dsb.

2. Jika anda merasa tidak betah di perusahaan sekarang, memutuskan keluar dari perusahaan tersebut adalah pilihan yang bisa dipilih. (kembali ke perusahaan lama juga pilihan yang bisa dipilih). Pertanyaannya lalu adalah mengapa?

Hubungan antara perusahaan (pemilik) dengan karyawan saat ini tentu berbeda dengan sekitar 50 tahun yang lalu dimana karyawan menawarkan kesetiaan sebagai imbalan atas jaminan kerjaannya yang diberikan oleh perusahaan. Dan saat itu sangat sedikit pilihan dan kesempatan pekerjaan. Saat ini perusahaan hanya menghargai sedikit kesetiaan (di jaman talent war sekarang ini, perusahaan lebih memilih karyawan yang berkontribusi daripada karyawan yang loyal tapi tidak berguna). Sebaliknya, para pekerja tidak menjanjikan kesetiaan apapun.

3. Masing-masing diri kita adalah sebuah brand. Hari-hari saat nilai anda sebagai seorang karyawan dikaitkan dengan kesetiaan dan senioritas sudah lewat. Perusahaan – perusahaan mencari karyawan yang memiliki brand yang kuat untuk membangun bisnis mereka. Seperti halnya brand produk, anda sebagai brand juga akan dikenal karena kualitas, keunikan, dan dampak yang anda miliki dan bisa berikan.

Jika anda tidak setuju dengan ke-3 diatas maka Jika anda kecewa terhadap perusahaan tempat anda bekerja dan anda tidak tahu harus berbuat apa, yang harus anda lakukan adalah berpikir positif tentang perusahaan anda dan berharap perusahaan anda berubah menjadi seperti apa yang anda inginkan. Selamat mencoba.

Share This Article
Leave a Comment