Catatan untuk Wisata Kuliner

Admin
By Admin
5 Min Read

Dari sekian banyak kuliner nusantara, kita lebih mengenal masakan Padang, Manado dan Makassar. Sedangkan kuliner daerah lain belum serius dieksplorasi untuk dijadikan promosi pariwisata maupun produk pariwisata.

[dropcap]B[/dropcap]agi mereka yang hobi makan/jajan, ketika mendengar kata “Wisata” maka yang melintas pertama kali di pikiran pastilah “Wisata Kuliner”. Ke mana pun kaki melangkah, mereka akan mencari tempat makan atau restoran yang terkenal dengan makanan enaknya.

Kegiatan berwisata kuliner pastilah tiada habisnya. Pasalnya, kuliner Indonesia sangat beragam. Tiap daerah mempunyai menu masakan tersendiri dan punya ciri khas. Namun sayang, belum banyak kuliner tradisional Indonesia yang terekspos dengan baik. Di kota-kota besar seperti Jakarta, kita sudah terbiasa menjumpai masakan-masakan Padang, Manado dan Makassar. Namun masakan asal daerah lain misalkan Bali, masih terhitung oleh jari.

Soal destinasi wisata kuliner pun, belum semua daerah di Indonesia mengembangkan wisata kuliner secara serius. Sejumlah daerah yang sudah akrab bagi wisatawan kuliner adalah kota Yogyakarta, DI Yogyakarta ; Medan, Sumatera Utara ; Bandung, Jawa Barat ; Padang dan Bukittinggi, Sumatera Barat ; Bogor, Jawa Barat ; dan Malang, Jawa Timur. Kota Bandung misalnya, sejak 1941, sudah diposisikan sebagai sentra kuliner nusantara karena memiliki jumlah rumah makan terbanyak di seluruh Indonesia. Beberapa produk makanan yang sudah terkenal antara lain Brownies Amanda, Batagor Ikhsan, Batagor Riri, Rumah Makan Strawberry, Ayam Goreng Brebes, Es Teler 77, Rumah Makan Ampera, Bakso Panghegar, Cendol Elizabeth, Pisang Molen Kartika Sari, Yoghurt Cikapayang, Bumbu Desa, dan lain-lain.

Sedangkan dari segi promosi pariwisata maupun produk pariwisata, kuliner masih disepelekan. Padahal, negara lain sudah berupaya menciptakan image masakan nasional. Singapura, misalnya, telah menetapkan laksa sebagai masakan nasional. Tempe, rendang, dan nasi goreng telah menjadi hak paten Malaysia. Negara Thailand sudah membuat program promosi pariwisata melalui pendekatan kuliner, yaitu “Thai Kitchen to The World”. Dengan program tersebut, restoran-restoran Thailand di berbagai negara di dunia makin banyak bermunculan. Sehingga, walau tak ke Thailand, orang-orang seluruh dunia dapat merasakan masakan Thailand.

Oleh sebab itu, untuk menghindari hilangnya khazanah kuliner nusantara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf) membentuk Kelompok Kerja yang melibatkan 40 orang terdiri dari pencinta kuliner, ahli kuliner dan pebisnis kuliner. Setelah bekerja sekitar empat bulan, pokja menetapkan 30 ikon kuliner yang terdiri atas makanan dan minuman khas Indonesia, mulai dari makanan pembuka,menu utama, hidangan penutup hingga kudapan.

Makanan yang menjadi ikon Indonesia mempertimbangkan tasty, healthy, dan beauty. Artinya, tidak hanya menonjolkan sisi rasa enak saja, melainkan juga aspek nutrisi dan penyajiannya. Nasi Tumpeng misalnya dipilih sebagai andalan ikon kuliner tradisional Indonesia dengan beberapa pertimbangan, diantaranya mempunyai dasar filosofi Indonesia yang kuat serta mempresentasikan budaya makan orang Indonesia, memiliki visualisasi yang atraktif baik dari segi tampilan maupun rasa, mudah dibuat di luar negeri dan dapat dijadikan sebagai menu wajib restoran Indonesia di luar negeri.

Sedangkan 29 ikon lainnya adalah Ayam Panggang Bumbu Rujak Yogyakarta, Gado-gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjarnegara, Urap Sayuran Jogjakarta, Sayur Nangka Kapau, Lunpia Semarang, Nagasari Jogjakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura.

Berikutnya Sate Maranggi Purwakarta, Klappertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Rendang Padang, Orak-arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, dan Kunyit Asam Solo.

Kemenparekraf menginginkan semua acara Indonesia dan semua restoran Indonesia di luar negeri mengembangkan 30 ikon kuliner tersebut. Tahun ini makanan Indonesia akan disajikan dalam Internationale Tourismus-Borse Berlin (ITB Berlin) pada tanggal 6-10 Maret di Berlin. Dalam salah satu menu jamuan makan malam yang dihadiri oleh pelaku pariwisata dunia ini akan disajikan rendang Sumatera Barat. Sebelumnya, ke-30 ikon kuliner tradisional itu sudah  hadir dalam acara Patali (Market) Day di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta, akhir Februari 2013 lalu.

Rencananya, jumlah ikon kuliner yang sudah ditetapkan oleh Kemenparekraf bekerja sama dengan stakeholder kuliner ini masih akan terus bertambah. Kemenparekraf merencanakan tinutuan atau bubur manado, Sulawesi Utara, masuk sebagai ikon kuliner tradisional Indonesia.

Langkah yang diambil oleh Kemenparekraf ini mendapat sambutan positif dari stakeholder kuliner. Mereka berharap wisata kuliner nusantara lebih serius digarap karena termasuk wisata yang paling siap berkembang di Indonesia.  Selain itu, wisata kuliner berpotensi menghidupkan ekonomi kerakyatan. nir

TAGGED:
Share This Article
Leave a Comment