Bila badan Anda demam disertai kaku kuduk atau kaku pada tengkuk leher, patut dicurigai Anda terkena radang selaput otak (meningitis). Bila tidak ditangani segera bisa menyebabkan kematian atau kecacatan.
[dropcap]A[/dropcap]rtis cantik Ashanty yang juga istri penyanyi Anang Hermansyah didiagnosa menderita radang selaput otak (meningitis). Dalam waktu singkat, penyakit ini menjadi populer dibicarakan oleh banyak kalangan. Ada yang takut, tak sedikit pula yang khawatir akan bahaya yang dapat timbul akibat keganasan penyakit ini.
Namun demikian, bukan mustahil penderita meningitis mengalami kesembuhan. Ketua Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia (Perdossi) Prof. Dr. dr. Hasan Machfoed, SpS (K), MS, menjelaskan, ada beberapa kondisi yang membuat meningitis bisa disembuhkan. Diagnosanya harus tepat, pemberian terapi segera, dan jenis obat yang diberikan juga tepat.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini menjelaskan, meningitis adalah peradangan pada selaput yang mengelilingi dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Masa inkubasi bervariasi dari 2-10 hari, biasanya 3-4 hari.
Penyebab meningitis bisa virus, bakteri, atau jamur. Namun yang paling sering menyebabkan penyakit tersebut di Indonesia adalah virus dan bakteri. Meningitis viral dan TBC biasanya diderita oleh bayi dan anak-anak, sedangkan meningitis bakterialis seringkali menyerang orang dewasa yang memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah.
“Meningitis bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya kuman meningokokus, Hib (Haemophilus influenzae type B) dan TBC, karena kita juga dapati orang dengan TBC terkena meningitis. Sekarang juga sering ditemukan orang dengan HIV terkena meningitis,” ujar Prof Dr dr Samsuridjal, SpPD-KAI.
Prof Samsuridjal menambahkan, jika disebabkan oleh kuman meningokokus biasanya karena kuman dari udara yang masuk ke dalam tenggorokan, lalu ke darah dan bisa mencapai otak sehingga mengakibatkan radang selaput otak. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian dalam waktu 24-48 jam sejak gejala pertama muncul.
Pada saat seseorang badannya demam disertai kaku kuduk atau kaku pada tengkuk leher, patut dicurigai terkena meningitis. Selain itu, ada beberapa gejala meningitis lainnya yakni sakit kepala, nyeri otot, mengantuk, kurang responsif, tidak menyukai cahaya terang.
Meningitis juga dapat menyerang bayi, balita dan anak-anak. Bila terjadi pada bayi atau balita, yang perlu diperhatikan adalah balita menjadi rewel, cenderung lemas, mendadak tidak aktif. Secara umum, gejala meningitis hampir sama pada orang dewasa maupun anak-anak yaitu demam dan kaku kuduk.
Dokter mendiagnosa penyakit ini dengan gejala klinis pada pasien. Untuk semakin memastikan, dokter akan melakukan pemeriksaan cairan otak. Cairan otak dibiakkan sehingga kumannya diketahui lalu dicarikan obat yang tepat. Digunakan juga peta kuman di mana rumah sakit, negara, dan wilayah berbeda-beda peta kumannya. Ketepatan pengobatan menentukan lama pengobatan. Pengobatan yang efektif itu dua minggu pertama.
Penyakit ini bila tidak diobati dengan baik bisa fatal akibatnya yaitu kematian, kalau diobati ada kemungkinan sembuh tapi bisa menyebabkan kecacatan,” ujar Prof Dr dr Samsuridjal, SpPD-KAI.
Jika dalam dua minggu lebih pengobatan tidak efektif, maka pasien meningitis bisa memasuki masa gejala sisa (sequelae). Gejala sisa itu seperti lumpuh, tak bisa mendengar, kadang tak bisa melihat, gangguan perkembangan, bisa retarded ataupun cerebral palsy. Inilah yang harus diwaspadai
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah meningitis akibat kuman meningokokus adalah melalui vaksinasi. Prof Samsuridjal selaku Wakil Ketua Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), menganjurkan vaksinasi pada semua golongan umur dan orang dengan risiko tinggi. Pada bayi, balita, remaja, wisatawan yang ingin ke daerah endemik, personil militer dan jamaah haji atau umroh.
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian imusisasi HIB ini dilakukan untuk anak di bawah usia 1 tahun. Ada yang 2 kali dan ada yang 3 kali selama 1 tahun, dan kemudian diulang kembali di usia antara 12-15 bulan. Waktu pemberian yaitu mulai usia 2 bulan dengan selang waktu1-2 bulan. Selang waktu pemberian yang terlalu jauh membuat kenaikan zat anti dalam tubuhnya tidak akan optimal.
Pemberian vaksin HIB ada yang 2 kali dalam setahun dan ada juga yang 3 kali karena tergantung dari jenis vaksinnya. Vaksin HIB yang PRP-T (Poly Ribosil Phosphat Tetanus) diberikan sebanyak 3 kali dalam setahun. Sedangkan vaksin HIB yang PRP-OMP (Poly Ribosil Phosphat Outer Membrane Protein) sebanyak 2 kali sebelum umur 6 bulan. Bila diberikan di atas usia 1 tahun, cukup 1 kali saja.
Imunisasi pun hanya dilakukan sampai anak usia 4 tahun, sebab setelah itu, risiko anak terkena radang selaput otak akibat kuman ini, semakin rendah. Setelah diimunisasi HIB, biasanya 97-99 persen efektif dapat mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan kuman tersebut.
Selain imunisasi, stamina juga harus ditingkatkan dengan makan dan minum yang cukup serta pemberian suplemen. dgr